Minggu, 08 Februari 2009

Seputar Deodoran


Sabtu, 31 Januari 2009 | 13:25 WIB

Gencarnya promosi produk penghilang bau badan bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, keringat berlebih, apalagi yang disertai dengan aroma kurang sedap, tentu menimbulkan rasa rendah diri saat bersosialisasi.

Menurut dokter spesialis kulit, Hanny Nilasari, SpKK dari Klinik Cempaka RSCM Jakarta, sebenarnya keringat tidak berbau. Keringat yang keluar dari kelenjar aprokin (ada di sekitar ketiak, saluran telinga luar, dan alat genital) yang membuat badan berbau tak sedap saat berkeringat.

Bila kelenjar aprokin terkena bakteri, akan timbul bau tak sedap atau yang biasa kita sebut BB, alias bau badan. Untuk mencegah BB, selain menjaga kebersihan badan, penggunaan deodoran dan antiperspiran sebenarnya sudah cukup. "Ini karena deodoran biasanya memiliki bahan aktif yang bekerja untuk mengurangi aktivitas kelenjar keringat," papar Hanny.

Namun, benarkah isu yang menyebutkan penggunaan deodoran setiap hari bisa menyebabkan kanker kulit? "Sejauh ini belum ada penelitian yang bisa membuktikan pemakaian jangka panjang menyebabkan kanker," jelas Hanny. Lebih lanjut Hanny menjelaskan, penggunaan deodoran biasanya hanya menutup sebagian pori-pori.

"Penguapan keringat yang tidak bisa lewat ketiak karena deodoran akan menguap lewat bagian tubuh lain seperti punggung atau telapak tangan," katanya.

Saat ini banyak produk penghilang bau badan di pasaran. Agar tidak salah pilih, Hanny menyarankan untuk memilih produk yang terdaftar resmi agar mutunya terjamin. "Produk yang sudah terdaftar biasanya sudah melewati tahapan proses pengujian," ujarnya.

Untuk mencegah bau badan akibat keringat, pilihlah produk yang merupakan perpaduan antara deodoran dan antiperspiran. "Produk deodoran biasanya hanya mengantisipasi bau badan, sedangkan antiperspiran adalah bahan atau produk untuk mengurangi keaktifan kelenjar keringat," ujar Hanny.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bubbly